2.3.1. Pengertian Kigo
Kigo dari asal kata Go: menunjukkan musim, dan kata Ki: di mana saat haiku berlangsung. Kigo adalah penunjuk musim di mana saat haiku terjadi. Haiku adalah puisi alam yang merupakan ekspresi penyair melalui kata musim, kata musiman, frase musiman, ekspresi musiman. Ada yang berpendapat bahwa menyebutkan musim saja tidak termasuk pengertian kigo. Kita tidak perlu berdebat tentang hal ini. Kita simak saja daftar kigo Jepang atau kigo Internasional bahwa menyebutkan autumn, winter, spring, atau summer itu sah disebut sebagai kigo.
Kigo termasuk kategori struktur fisik haiku, ia dinyatakan dengan kata atau frase, tidak hanya mengacu pada fenomena di alam (lebah dan kupu-kupu, laporan cuaca), tapi itu menunjukkan kepada kita suasana suatu musim atau menunjukkan bagaimana hal berubah dalam waktu atau musim, mencakup aspek peristiwa musiman dalam kehidupan manusia.
Haijin seharusnya selalu bertanya: “dengan objek utama ini apakah kigo yang digunakan sudah tepat?”, atau bertanya: “adakah keterkaitan sebab-akibat antara kigo dengan objek utama yang ditunjukan?”
Haiku beradaptasi dengan kebutuhan para penyair di seluruh dunia, begitu juga kigo. Karena Kigo adalah sebuah pengalaman sensorik atau sesuatu yang disaksikan dengan mata atau dirasakan langsung di suatu tempat, suatu waktu. Maka gunakanlah kigo dari daerah setempat di mana anda bertemu dengan “momen haiku”.
Kigo atau kata musim menyajikan haiku dengan nada, yaitu: intelektual dan emosional warna untuk memperindah isi. Kigo cenderung bersatu dan mensintesis unsur kata-kata, dan menyerap lapisan memori atau apa yang ada di dalam benak pikiran pembaca. Pilihlah kigo dengan tepat , sesuai dengan pesan yang ingin anda sampaikan. Upayakan untuk selalu membawa kigo menjadi hidup. Karena kigo adalah detak jantung sebuah ayat haiku. Kigo adalah warna, aura, rasa, dan merupakan jendela untuk melihat isi ruang batin haiku. Kigo adalah fenomena ketidakkekalan yang sedang berlangsung di depan mata kita.
Alam terus berubah dan tak pernah statis. Hal ini tidak dapat dikendalikan dan tak dapat diprediksi. Setiap musim membawa berkembangnya kehidupan, menimbulkan perasaan mendalam dan katarsis artistik. Melalui semua bentuk seni masyarakat agraris, setiap orang berbudaya diajarkan untuk kembali ke kosmik, mengakui keindahannya dan mengikuti gerakannya.
Waktu adalah sesuatu yang abstrak. Kita tidak pernah dapat melihat seperti apa wujud sebuah waktu. Kita hidup dalam lingkupnya, bagaikan ikan-ikan hidup di dalam air, bagaikan udara yang terus menerus melingkupi bumi. Tidak ada yang tahu kapan waktu bermula dan kapan berakhir.
Manusia memenggal-menggal waktu sehingga hadirlah yang kita sebut sebagai nama-nama hari, tanggal, bulan, dan tahun. Hari ini akan menjadi hari kemarin, setelah hari ini muncul hari esok, dan hari esok segera menjadi hari kemarin. Bumi berputar menciptakan siang dan malam, bumi mengitari matahari menciptakan bilangan bulan dan tahun. Angin muson berubah arah dan musim pun berganti seiring waktu.
Kigo menangkap perubahan yang sifatnya alamiah, menangkap fenomena kemunculannya bersifat periodik khas suasana suatu musim, menunjukan adanya keterkaitan dengan siklus musim yang sifatnya mempengaruhi perilaku hewan, tumbuhan, dan juga mempengaruhi manusia secara individual atau kelompok.Di luar tulang dan daging sebuah haiku, kigo adalah sumsum haiku. Kigo begitu penting untuk dipahami baik itu pengertian dan filosofinya. Kigo adalah esensi haiku, adalah sumsum yang menghidupkan cita rasa haiku.
Kata musiman adalah salah satu bahan penting yang telah mengkristal sebagai definisi standar dari haiku Jepang selama berabad-abad. Kigo mengasah pikir usia menulis haiku, membawa suasana hati tertentu, melaluinya rasa haiku coba dibangkitkan, menyentuh kedalaman emosional pembacanya.
Pilihlah kigo yang tepat agar sesuai dengan maksud dan pesan yang hendak disampaikan. Untuk selalu membawa kigo hidup karena kigo adalah esensi hidup dan kehidupan. Kigo adalah rasa, sebagaimana sumsum menghidupkan rasa pada tulang dan daging. Kigo adalah objek nyata yang menghubungkan penyair ke alam pikiran bawah sadar pembaca, atau merupakan sebuah telepati yang menghubungkan keduanya. Di dalam kigo terkandung esensi zoka atau watak alam yang sukar diprediksi, dinamis, kreatif, dan selalu berubah.
Kigo atau kata musim atau kata musiman atau kata penanda musim adalah ciri khas haiku. Penting bagi seorang haijin menggali sebuah potensi besar di balik kigo guna mengungkapkan rasa dan menghadirkan kesan, pesan, dan makna bagi pembacanya. Haiku adalah potret peristiwa dalam setitik waktu (kigo), melaluinya rasa penyair (kokoro) tercurah dan kesan atas peristiwa itu menemukan bentuknya sebagai haiku.
2.3.2 Kigo, Kidai, dan Hon-i
Setelah haiku menjadi genre sepenuhnya independen, istilah “Kigo” diciptakan oleh Otsuzi Ōsuga (1881-1920) pada tahun 1908. “Kigo” demikian istilah baru untuk pendekatan genre baru “haiku.” Ketika kita melihat historis hokku di Haikai yang berasal dari tradisi renga, tampaknya terbaik untuk menggunakan istilah “kidai.” Meskipun istilah “kidai” itu sendiri baru-diciptakan oleh Hekigotō Kawahigashi pada tahun 1907. Ketika membahas Basho dan Issa, istilah “kidai” adalah pengertian yang paling tepat, karena kedua karya penulis ini dalam tradisi hokku.
Inti dari haiku tradisional, ada hubungan dengan alam melalui salah satu musim baik dengan penamaan musim (kigo), seperti musim dingin atau musim semi, atau dengan mengisyaratkan musim melalui unsur-unsur tertentu yang terkait musim (kidai), seperti cherry blossoms. Haiku menggabungkan Kigo (kata musim) atau kidai (topik musiman).
Hon-i adalah konteks budaya yang menetapkan “ini arti sebenarnya” dari Kigo dalam puisi Jepang. Merupakan intinya puitis, asosiasi lain dengan kata ini: karakteristik penting. Dikodifikasikan emosi, kode makna budaya. Hal yang menjelaskan latar belakang budaya dari sebuah kata. Tanpa pemahaman penuh “hon’i” sulit untuk menghargai penggunaan Kigo. Hon-i biasanya dijelaskan sebagai kualitas penting yang melekat dalam suatu objek dan memunculkan respons emosional yang dianggap tepat. Sebuah saijiki Jepang mencoba untuk menjelaskan hon-i dari sebuah kata. Dalam puisi Jepang, banyak hon’i tanggal kembali ke puisi klasik China.
Kigo atau kata musim atau kata musiman, yang melaksanakan fungsi-fungsi penting dalam haiku, lahir dari filosofi “manusia adalah bagian dari alam.” Musim yang lahir dari revolusi bumi mengelilingi matahari, dan fungsi pertama “kigo” terkait dengan ini. Keberadaan kigo di dalam haiku, membuat irama revolusi bumi jadi berdenyut dalam puisi. Fungsi kedua adalah bahwa kigo membawa dunia luas ke dalam haiku. Kata-kata adalah semua produk dari imajinasi, tapi kigo adalah kristalisasi yang dibentuk oleh imajinasi. Haijin atau pembaca terbawa masuk ke dalam suasana “berkeliaran dengan bebas di dalam alam semesta” yang terkandung dalam “kigo”!
Basho menganggap kidai sebagai cara untuk berkomunikasi dengan kekuatan kreatif alam (Zoka). Basho tidak menganggap kidai sebagai aturan, melainkan sebagai kata atau kunci untuk membangun hubungan dengan kokoro (hati, pikiran).
2.3.3. Dua Fungsi Pokok Kigo
Kigo atau kata musim atau kata musiman, yang melaksanakan fungsi-fungsi penting dalam haiku, lahir dari filosofi “manusia adalah bagian dari alam.” Kigo sebagai alat untuk mencapai puitis – terkait pemahaman manusia terhadap proeses alam – memiliki dua fungsi.
Siang dan malam terjadi karena gerak rotasi bumi berputar pada porosnya, mempengaruhi perilaku manusia, hewan, dan sebagian tumbuh-tumbuhan. Musim yang lahir dari gerak revolusi bumi mengelilingi matahari mempengaruhi perilaku alam secara luas, dan fungsi pertama “kigo” terkait dengan ini. Keberadaan kigo dalam haiku, membuat irama rotasi dan revolusi bumi jadi berdenyut dalam puisi.
Fungsi kedua adalah bahwa kigo membawa dunia luas ke dalam haiku. Ini merupakan fungsi apresiasi intuitif terhadap keindahan suasana ruang yang muncul karena perubahan waktu atau musim: suasana senja atau malam, suasana musim salju, suasana musim kemarau, suasana taman penuh bunga, dan berbagai suasana ainnya yang ada di tiap musim. Kata-kata adalah semua produk dari imajinasi, tapi kigo adalah kristalisasi yang dibentuk oleh imajinasi. Haijin atau pembaca terbawa masuk ke dalam suasana “berkeliaran dengan bebas di dalam alam semesta” yang terkandung dalam “kigo”!
Basho menganggap kidai sebagai cara untuk berkomunikasi dengan kekuatan kreatif alam (Zoka). Basho tidak menganggap kidai sebagai aturan, melainkan sebagai kata atau kunci untuk membangun hubungan dengan kokoro (hati, pikiran).
Alam tidak dapat diprediksi. Hal ini tidak pernah stagnan atau subjektif. Ini adalah Zoka, apa yang digambarkan David Barnhill sebagai “kekuatan kreatif dari alam yang memiliki kecenderungan spontan dan kemampuan untuk menunjukkan transformasi yang indah. Zoka adalah transmutability waktu dan sifat seniman tak berwujud yang tak pernah berhenti berkreasi. Alam selalu dalam keadaan metamorfosis.
Seorang penyair memiliki kemampuan untuk tampil sebagai bagian dari alam. Untuk menemukan esensi dari kreativitas, seseorang harus membedakan antara disposisi alam dan kekuatan kreatif (Zoka) alam. Untuk memahami haiku yang tumbuh berkembang selama berabad-abad di Jepang, seseorang harus memahami Zoka, yang merupakan inti ajaran Taoisme, Buddhisme, Shintoisme. Zoka adalah sifat-sifat perubahan yang terjadi di alam, perubahan yang di luar kemampuan manusia untuk menentukan, mengkategorikan atau memprediksinya.
Zoka adalah inti dari haiku, alat yang paling mahir memberikan rasa yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Alam, seperti dalam pikiran artistik, memberikan rasa yang sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata itu, warna kontinum yang objektif. Sebuah haiku yang benar tidak terfokus pada objek, tetapi pada prosesnya. Zoka adalah bagian dari proses alam di mana tiap makhluk yang berasal dari, tengah dalam proses kembali ke asalnya. Kata “menua” dalam estetika “sabi” adalah bagian dari pengertian zoka.
Benda adalah tidak kekal dan eksternal. Proses seperti ini yang lebih penting daripada objek: yang gaib dan terdengar (internal diri si penyair), ketika menyatu dengan objek yang ada di alam (eksternal), membawa penyair ke dunia mengambang di mana intuisi dan persepsi menjadi pembimbing.
Pelukis Cina, Zhu Yunming (1460-1526), menulis: “Segala sesuatu di alam semesta memiliki beberapa jenis kehidupan dan misteri penciptaan, perubahan dan tidak stabil, tidak dapat digambarkan dalam bentuk.” Kigo adalah sifat yang tak terkendali. Kita bisa belajar dari alam, dengan melakukan apa yang dilakukan Buson saat menulis haiku: “mengamati Zoka”, kekuatan tak terduga kreatif alam yang membangun dan mendekonstruksi semua benda. Setelah ini dipahami, seorang penyair haiku mampu menyentuh kedalaman yang mencerahkan. Kigo dalam haiku merupakan representasi kekuatan kreatif alam (zoka).
2.3.4. Musim di Indonesia
Pembagian musim dalam setahun biasanya berdasarkan bentuk iklim yang luas. Iklim di suatu wilayah berkaitan erat dengan letak garis lintang dan ketinggiannya di atas laut. Berdasarkan kedua hal ini maka iklim dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu iklim matahari dan iklim fisis.
Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Berdasarkan iklim matahari maka ada 4 jenis iklim di bumi, yakni: Tropis, Sub Tropis, Sedang, dan Dingin.
Iklim fisis adalah iklim berdasarkan fakta atau keadaan sesungguhnya di suatu wilayah bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di wilayah setempat. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi, angin, dan curah hujan. Iklim fisis dapat dibedakan menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim pegunungan, dan iklim muson.
Ada tiga macam iklim yang mencakup wilayah Indonesia, yakni iklim tropis, iklim laut, dan iklim muson. Iklim tropis mencakup hampir 40% dari permukaan bumi. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C.
Iklim tropis adalah wilayah yang mengalami penyinaran matahari secara penuh sepanjang tahun, berada di sekitar garis khatulistiwa. Sedangkan iklim laut mempengaruhi wilayah Indonesia karena negeri kita merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Sedangkan iklim muson adalah pengaruh angin laut dan angin darat yang melalui wilayah Indonesia, yang mana angin laut yang basah menimbulkan hujan dan angin darat yang kering akan menimbulkan kemarau.
Karena pengaruh tiga macam iklim ini maka musim di Indonesia hanya dibagi menjadi dua, yaitu: musim penghujan dan musim kemarau. Namun siklus perubahan musim secara perodik sering terganggu oleh fenomena yang sering kita sebut sebagai El Nino dan La Nina, yang kemunculannya karena faktor perubahan yang sangat signifikan pada iklim laut (suhu permukaan laut). Siklus normal jatuhnya musim di Indonesia adalah April hingga September adalah musim kemarau. Sedangkan Oktober hingga Maret adalah musim penghujan.
Fenomena musim penghujan atau musim kamarau adalah fenomena alam yang terjadi sejak ribuan tahun yang lalu. Perubahan lingkungan dapat mengganggu jatuhnya siklus musim, namun musim yang sama akan tetap muncul meski akan lebih singkat atau lebih panjang. Penting bagi haijin Indonesia untuk memahami hal ini mengingat terkait dengan kigo atau kata musim atau kata musiman atau topik musim yang akan digunakan dalam haiku berdasarkan alam Indonesia.
Manusia adalah bagian dari alam. Sedangkan alam selalu berubah menurut musim. Bumi berputar pada porosnya dan bergerak mengelilingi matahari. Musim lahir dari revolusi bumi mengelilingi matahari. Keberadaan kigo adalah menangkap perubahan yang terjadi dalam musim lalu membawanya ke dalam haiku sebagai jantung puisi. Musim mempengaruhi makro kosmos suatu wilayah atau suatu dunia yang luas. Kigo membawa situasi atau suasana dunia luas itu ke dalam haiku. Kigo adalah jantungnya puisi alam karena itu harus dibuat selalu berdenyut, untuk selalu membuat kigo menjadi hidup sehingga haiku terasa memiliki kedalaman makna.
Kigo adalah alam yang tercermin pada pikiran, menyatu dengannya membuat haijin mengambang seperti gelembung udara, menyatu dengan alam semesta, membuatnya menjadi makhluk yang bebas berkeliaran ke mana pun tak terhalangi oleh laut dan gunung. Dalam perspektif Zen, kigo adalah bagian dari spiritual sebagai kunci pembuka pintu-pintu pencerahan, pintu pemahaman terhadap eksistensi sebuah benda di tengah alam semesta.
Ketika menemukan kigo yang kuat berdasarkan alam Indonesia maka ada nilai-nilai spiritual yang terangkat ke dalam haiku Indonesia sebagai cermin esensi kehidupan manusia Indonesia. Karena itu merupakan kewajiban bagi haijin Indonesia untuk menggali kigo berdasarkan alam Indonesia yang memiliki latar belakang budaya (Hon-i). Sebagai masyarakat agraris yang memiliki budaya Ma, budaya dalam kesadaran ruang dan waktu, bangsa Indonesia secara turun menurun memiliki tradisi yang terkait dengan musim, terkait objek-objek tertentu yang terhubung ke musim penghujan atau kemarau.
Misalkan kata “padi menguning”, ini secara tradisional menjadi kata kunci yang merujuk pada musim penghujan. Namun di balik kata itu tersirat banyak makna yang terhubung ke tradisi, suasana hati, spiritual yang menggambarkan hubungan manusia Indonesia dengan musim, dengan alam yang membentuk nilai-nilai budayanya. Suhu air laut yang hangat kadang dipahami nelayan tradisional Indonesia sebagai pertanda cuaca yang kurang baik untuk melaut. Nelayan tradisional Indonesia mengetahui kapan terjadi musim utara yang kurang bagus untuk melaut, dan kapan terjadi musim selatan yang dianggap bagus untuk mencari ikan.
2.3.5. Adaptasi Hewan dan Tumbuhan
Setiap makhluk hidup selalu berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian, kelestarian jenisnya akan selalu terjaga atau tidak punah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup suatu makhluk hidup, yaitu: kemampuan beradaptasi dengan perubahan musim, seleksi alam, dan tingkat perkembangbiakan.
Adapatasi mempunyai pengertian yaitu suatu kemampuan dari makhluk hidupuntuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menjaga kelestariannya. Berdasarkan caramakhluk hidup beradaptasi dengan lingkungannya, adaptasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu adaptasi tingkah laku, ada adaptasi fisiologi.
Adaptasi tingkah lakumerupakan bentuk respon terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan menjadi perilaku apabila respon tersebut berpola, yaitu memberi respon tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme sebagai akibat adanya stimulus perubahan musim.
Semua makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan disekitar habitat hidupnya. Makhluk hidup beradaptasi dengan tujuan agar dapat bertahan hidup dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan . Beberapa bentuk adaptasi perilkau (behavioral adaptation) pada binatang atau hewan, yaitu :
Adaptasi Perilaku Hewan
- Mimikri
Merupakan teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti misalnya bunglon yang dapat berubah – ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator/ pemangsa sehingga sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika pada pohon berwarna coklat, dia akan berganti warna menjadi coklat.
Serangga juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnya, kupu-kupu yang menyerupai daun kering, ada juga serangga yang menyerupai daun yang hijau atau memiliki bentuk tubuh seperti ranting.
- Hibernasi
Adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu binatang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat, pernafasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau terbangun setelah masa sulit terlewati.Contoh : beruang, ular, kura-kura.
- Estivasi
Adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah dimana pada estivasi dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan kering. Contoh : kelelawar, tupai, lemur kerdil .
- Simbiosis Rayap dan Flagelata
Rayap membutuhkan bantuan flagelata untuk mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagelata rayap tidak akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan flagelata dengan jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas ganti kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit yang mengelupas untuk memasukkan kembali flagelata ke dalam usus pencernaannya.
- Perilaku Reproduksi
Dalam perilaku reproduksi, biasanya seekor jantan bertarung dengan jantan lain. Hal ini terjadi agar dapat menguasai si betina dan dapat melakukan perkawinan untuk berkembang biak.
Ada pula jantan yang menunjukkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya untuk menarik perhatian si betina. Contohnya, burung merak jantan akan mengembangkan bulu ekornya untuk menarik perhatian betina saat musim kawin.
Bila kita amati, kerbau adalah hewan yang sangat suka mandi di lumpur atau sungai. Tingkah laku ini dilakukan oleh kerbau dengan tujuannya untuk mengurangi pengaruh panas yang ada pada tubuhnya.
Pada umumnya penguin hidup di daerah kutub yang mana suhu udaranya sangat dingin. Penguin ini hidup secara berkelompok/bergerombol. Tingkah laku hidup berkelompok dilakukan oleh penguin dengan tujuan agar lebih hangat.
Beberapa jenis burung akan berpindah/berimigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat memasuki musim dingin. Selain itu burung juga akan berpindah untuk mencari makanan di daerah yang terdapat banyak makananya. Apabila musim dingin di daerah asalnya sudah selseai, burung-burung tersebut akan kembali lagi ke tempat asalnya.
Pada sayap kupu-kupu tertentu terdapat dua pola mata yang hampir sama. Pola ini hampir mirip dengan mata pada burung hantu. Saat ada pemangsa, sayapnya akan direntangkan. Pemangsa kupu-kupu akan ketakuatan dan kupu-kupu itu dapat menyelamatkan diri.
Adaptasi Perilaku pada Tumbuhan
- Meranggas
Adalah kegiatan tumbuhan dengan menggugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan dan mengurangi kebutuhan (asupan) nutrisi. Contoh : pohon Jati, Karet, Kedondong, Randu atau Kapok, Ketapang laut menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
- Fotonasti
Adalah gerakan pada tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan intensitas cahaya matahari. Contoh : bunga pukul 4 yang mekar pada pukul 4 sore. Daun putri malu mengatup saat intensitas cahaya matahari berkurang
- Termonasti
Adalah gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan berupa suhu. Contoh : bunga Tulip mekar sempurna saat udara sesuai.
- Niktinasti
Adalah gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan pada suasana gelap. Contoh : gerak pohon turi pada saat malam hari dengan mengatupkan daunnya. Gerakan tumbuhan yang dipicu oleh keadaan gelap. Dalam kondisi gelap tekanan turgoro pada tangkai daun menurun sehingga daun menjadi layu. – misalnya tumbuhan polong-polongan (lamtoro/petai cina)
- Nasti kompleks
Adalah gerak nasti yang dipengaruhi lebih dari satu macam rangsangan. Contoh : membuka dan menutupnya stomata tumbuhan tertentu karena cahaya matahari, zat kimia, air, dan suhu.
- Estivasi
Adalah mematikan sementara bagian tubuhnya yang ada di atas permukaan tanah untuk mengurangi penguapan pada musim panas. Contoh : jahe, rumput, serai, alang-alang, dan lain – lain.
- Tropisme
Fototropisme : adalah gerak tumbuhan yang mengikuti arah datangnya cahaya. Geotropisme : adalah gerak bagian tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan grafitasi bumi. Misalnya akar tumbuhan selalu tumbuh ke bawah menuju pusat bumi. Hidrotropisme: gerakan akar tumbuhan menuju sumber air
2.3.6. Penanda Musim/Waktu Alam Indonesia
Objek-objek yang ada di alam adalah unsur penting dalam puisi Zen (haiku). Dalam haiku tradisional Jepang, hampir selalu ada “kata musim”. Jika ada kata yang tidak menyebutkan musim secara langsung, itu adalah kata benda yang bisa dikenali terkait dengan waktu tertentu dalam setahun. Ini “kata-kata orientasi” yang disebut sebagai Kigo, biasanya menyangkut langit, sungai, danau, laut, geografi, benda-benda astronomi, hewan, atau tumbuhan.
Haiku beradaptasi dengan kebutuhan para penyair di seluruh dunia, begitu juga kigo. Karena Kigo adalah sebuah pengalaman sensorik atau sesuatu yang disaksikan oleh haijin dengan mata, telinganya, dan juga melibatkan rasa. Haiku menggabungkan Kigo (kata musim) atau Kidai (topik musiman), dan menempatkannya dalam konteks budaya yang menetapkan “ini arti sebenarnya” dari Kigo dalam puisi Jepang (Hon-i).
Kigo adalah objek nyata yang menghubungkan penyair ke alam pikiran bawah sadar pembaca, atau merupakan sebuah telepati yang menghubungkan keduanya. Kigo adalah representasi Zoka atau watak alam yang sukar diprediksi, dinamis, kreatif, dan selalu berubah.
Pembagian musim dalam setahun biasanya berdasarkan bentuk iklim yang luas. Ada dua macam iklim, yakni: Pertama, Iklim Matahari. Berkaitan erat dengan letak garis lintang suatu wilayah. Berdasarkan iklim matahari maka ada 4 jenis iklim di bumi, yakni: tropis, sub tropis, sedang, dan dingin. Kedua, Iklim Fisis. Berkaitan erat dengan letak ketinggian suatu wilayah dari permukaan laut. Berdasarkan iklim fisis maka ada 5 jenis iklim di bumi: iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim pegunungan, dan iklim muson.
Musim adalah salah satu pembagian utama tahun. Biasanya berdasarkan iklim matahari, terkait siklus pergerakan (revolusi) bumi mengelilingi matahari. Biasanya satu tahun terbagi menjadi empat musim, yaitu: musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Tetapi, di Indonesia karena terletak di daerah tropis, maka hanya dibagi menjadi dua musim, yaitu: musim penghujan dan musim kemarau.
Musim lahir dari revolusi bumi mengelilingi matahari, dan fungsi pertama “kigo” terkait dengan ini. Keberadaan kigo di dalam haiku, membuat irama revolusi bumi jadi berdenyut dalam puisi. Fungsi kedua adalah bahwa kigo membawa dunia luas ke dalam haiku. Kata-kata adalah semua produk dari imajinasi, tapi kigo adalah kristalisasi yang dibentuk oleh imajinasi. Kigo atau kata musim menyajikan haiku dengan nada, yaitu: intelektual dan emosional warna untuk memperindah isi.
Apa yang muncul dan berubah dalam irama revolusi dan rotasi bumi, secara umum dikategorikan sebagai kigo. Benda-benda yang berubah dalam irama ini, baik itu berubah dari segi bentuk, warna, atau kualitasnya, maka disebut sebagai objek yang bernilai “Sabi”.
Kigo dikategorikan sebagai “Kigo Besar” bila ia secara spesifik dan jelas terindikasi dengan musim, muncul dan berubah dalam irama musim. Namun dikategorikan sebagai “Kigo Kecil” bila ia secara spesifik hanya mengindikasikan terkait rotasi bumi “Siang” atau “Malam” di Indonesia. Bumi berputar pada porosnya (Rotasi Bumi) menyebabkan terjadinya siang dan malam, terjadi bersamaan dengan pergerakan bumi mengelilingi matahari (Revolusi Bumi) yang menyebabkan adanya perubahan musim. Maka kigo kecil atau kigo besar tetap disebut sebagai “Kigo”. Keduanya terkait dengan “perubahan waktu”, esensi dari revolusi dan rotasi bumi.
Kosa kata di bawah ini adalah contoh bagaimana isyarat musim/waktu (Kigo) untuk alam Indonesia bisa dituliskan:
1). Musim Penghujan: Jalan berlumpur; Bakung berbunga; Katak melompat; Suara katak; Laron bertamu; Rumput memanjang; Sulur merambat; Randu berbunga; Jati berbunga; Randu berdaun; Jamur berkilau; Sungai meluap; Sawah tergenang; Padi menguning; Menyemai padi; Sedia payung; Jemuran basah; Sandal berlumpur; Bunga Ketapang; Menyiang gulma; Memangkas ranting; Suara hujan; Gerimis panjang; Atap yang bocor; Jahe bertunas; dan seterusnya.
2). Musim Kemarau: Tanah merekah; Menggali sumur; Lalang terkulai; Rumput menguning; Jalan berdebu; Pohon meranggas; Mencari madu; Sungai menyusut; Hutan terbakar; Dikepung asap; Bangau yang hijrah; Guguran daun kering; Bunyi tonggeret; Jalan setapak terang; Gambut terbakar; Landak keluar; dan seterusnya.
3). Penanda waktu siang atau malam: menyebutkan bulan, bintang, meteor, ngengat, kelelawar, kalong, babi, rusa, kunang-kunang, atau hewan nocturnal lainnya adalah kigo. Demikian pula bila menyebutkan lebah, capung, kupu-kupu, ayam, burung, atau hewan lainnya yang beraktifitas di siang hari (Diurnal). Secara spesifik kita belum mengkategorikannya sebagai isyarat musim tertentu, namun bila kita mengikuti kigo Internasional sebagian itu ada masuk kategori “isyarat musim” tertentu.
4). Hari besar da Perayaan Nasional: Idul fitri, Idul Adha, Natal, Bulan Ramadan, Imlek, Hari Raya Nyepi, Maulid Nabi, Paskah, Perayaan HUT RI, Perayaan Tahun Baru, dan seterusnya juga termasuk “Kigo”. Termasuk kigo karena secara periodik dirayakan sekali dalam setahun, dalam hitungan kalender masehi, hijriyah, atau lunar.
Berikut ini adalah contoh daftar kigo Jepang untuk salah satu musim (spring) dari empat musim yang ada di sana. Lihat cara-cara pengelompokkannya: The Season, Celestial Phenomena, Terrestrial Phenomena, Life/Humanity, Events, Animal, dan Plants.
SPRING
(The Season)
Spring,Early spring,Mid spring,Late spring
February,March,April
Luner new year
First day of spring
Lingering cold
Signs of Spring
Spring equinox
Spring morning,Spring afternoon,Spring evening,Spring night
Last spring light
Balmy day
Parting (/passing ) spring
End of the cold
(Celestial Phenomena)
Spring sky
Spring sunshine,Spring sun
Hazy night
Haze,Spring mist(/haze)
Heat haze(/shimmer)
Spring wind
East wind
Mirage
Spring cloud
Spring storm
Spring hail
Spring dust
Spring rain
Spring rainy days(/Spring shower/April shower)
Spring rainbow
Spring drizzle
Spring sleet
Spring frost,Late frost
Spring thunder
Spring snow
Spring thunder
Spring moon
Hazy moon
Spring darkness
Spring star(s)
Spring sunset
First spring gust
Spring gust
Shinning wind
(Terrestrial Phenomena)
Mountains(hills) in spring
Mountains(hills) smile
Spring water(/Waters of spring)
Spring sea
Slush
Spring waterfall
Unmelted snow(Remaining snow)
Melting snow(Snowmelt/Snow meltwater)
Spring(/Thin) ice
Drift ice
Spring tide
Spring wave
Spring field
Burning fields
Spring river
Snowslide
Thaw
(Life/Humanity)
Bonfire in spring
Migrant fishermen <Watari gyofu>
Great examination <Dai shiken>
Graduation <Sotugyo>
Start of school <Nyugaku>
Outing(/Hike/Picnic) <Ensoku>
Spring wear <Haru no fuku>
Spring shawl <Haru shoru>
Spring parasol <Haru higasa>
White sake <Siro zake>
Spring light <Shunto>
Putting away stoves <Danro wosamu>
Opening north windows <Kita mado hiraku>
Replacing the roof <Yane kae>
Treading on barley(wheat) plants <Mugi-fumi>
Burning hills(/fields/grass) <No yaku/Yama yaku/Shiba yaku>
Plowing <Tagayashi>
Seeds <Tanemono>
Planting seeds <Tane-maki>
Planting potato(/sweet potato/taro/lotus/bulb/indigo/hemp,etc)
<Bareisho ueru/Imo ueru/Hasu ueru/Kyukon ueru/Ai maku/Asa maku/ nadonado>
Seed bed(/Nursery) <Naedoko>
Pruning <Sentei>
Planting a cutting <Tugiki>
Parting the roots <Newake>
Cutting off the wool <Hituji ke karu>
Cutting grass <Tumi kuka>
Sericulture <Kogai/Yousan>
Picking tea(/mulberry leaves) <Cha tumi>
Tea making <Sei-cha>
Woman diver ((for pearls,fishes,etc.)) <Ama/Isodo/Moguri>
Floating woods <KInagashi>
Gathering shellfish ((at low tide)) <Shiohigari>
Cherry blossoms viewing <Hana-mi>
Apricot blossoms viewing <Ume-mi>
Boat race (/Regatta) <Boto resu>
kite <Tako>
Balloon <Fusen>
Windmill(/Pinwheel) <Kazaguruma>
Soap bubble <Shabondama>
Pheasant whistle <Kiji-bue>
Swing <Buranko>
Cold(/Flu) in spring <Haru kaze>
Sleeping late <Asa-ne>
Sleep in spring <Haru no yume>
Melancholy of spring <Shunshu/Haru urei>
Dream in spring <Haru no yume>
(Events)
Anniversary of Saigyo’s death <Saigyo ki>
(Ryokan(T)/Sanetomo(S)/Yoshinaka(S)/Oishi(S)/Rikyu(C)/Kikaku(H)/
Hitomaro(T)/Fusei(H)/Mokichi(T)/Seishi(H)/Sanki(H)/Kyoshi(H)/
Takuboku(T)/Saigyo(T)/etc………their death)
(*)indicates their fields
T:Tanka,Waka S:Samurai C:Tea ceremony H:Haiku,Haikai
Easter<Fukkatsu sai>
Doll’s Festival<Hina matsuri/Momo no sekku>
Floating dolls<Hina nagashi/Nagashi bina>
Market of dolls<Hina ichi>
Entering Nirvana/Reposing Buddha statue<Nehan/Nehan zou>
(*)Anniversary of Buddha’s entering Nirvana
Blossom Festival<Hana matsuri>
(*)Anniversary of Buddha’s birthday<Bushou e>
Piligrim<Henro>
National Foundation Day<Kenkoku kinenbi>
(*)11th, February
Vernal Equinox Day<Shubun no hi>
Constitution Day<Kenpou kinen bi>
(*)3rd, May
Memorial service for needles<Hari kuyou>
Cockfight<Tori awase/Toukei>
Spring festivals<Haru matsuri>
Kasuga Festival/Takayama Festival/Yasukuni Festival/Dontaku/etc…..
(*) various kinds of spring festivals held in Japan
May Day<me de>
April Fool<shigatsu baka>
Greenery Day/Week<Midori no hi/Midori no shukan>
(*)29th,April/23th-29th, April
Visiting Ise shrine<Ise mairi>
Confucius Festival<Kousi sai/Oki maturi/Sekiten>
(*)4th Sunday,April
Gishi Festival<Gishi sai>
(*)1st-7th, April. Gishi means Ako Gishi
who are 47 samurais.
Miyako Dancing<Miyako odori>
(*)1st-30th,April. Maiko-san(dancer)in Kyoto hold dance events.
(Animal)
Colt/Filly/Foal/Pony<Haru no uma/Uma no ko/Wakagoma>
Calf/Fawn<Haru no shika/Harami shika/Shika no ko>
Cat’s love<Neko no koi/Koi neko>
Kitten<Neko no ko/Koneko>
Turtle chirp<Kame naku>
Snake come out of a hole<Hebi izu>
Tadpoles<Kuwato/Otamajyakushi/Kaeru no ko>
Frog<Kawazu/Kaeru>
Japanese bush warbler<Uguisu/Hatune>
Pheasant<Kiji>
Skylark<Hibari>
Japanese bullfinch<Uso>
Japanese bunting<Hoojiro>
Swallow<Tubame>
Departing crane<Hikizuru/Turu kaeru>
Departing geese<Haru no kari/Kaeru kari>
Departing duck<Hikigamo/Kaeru kamo>
Song (of birds) /Twittering<Saezuri/Momotidori>
Bird’s love<Tori sakaru/Tori no koi>
Pregnant swallow<Harami suzume/Komoti suzume>
Baby sparrow<Suzume no ko/Ko suzume>
Nest<Tori no su/Sugomori>
Swallow’s nest<Tubame no su>, Sparrow’s nest<Suzume no su>
Crow’s nest<Karasu no su>…. etc
Fredgling/Leaving a nest<Sudati>
Tellina<Sakura gai>
Herring<Nishin>
Spanish mackerel<Sawara>
Snipe-fish<Sayori>
Sand lance<Ikanago>
White bait<Sirauwo>
Trout<Masu>
Roach<Moroko>
Pond smelt<Wakasagi>
Young (/Baby) crucian carp<Haru no funa/Hatu buna>
Young (/Baby) sweet-fish<Waka ayu/Koayu>
Toyama squid <Hotaru ika>
Wreath shell<Sazae>
Clam<Hamaguri>
Short neck clam<Asari>
Jack-knife clam<Mategai>
Tellina<Sakuragai>
Corbicula<Shijimi>
Horn shell<Nina>
Mud-snail<Tanishi>
Hermit crab<Yadokari>
Sea anemone<Isoginchaku>
Sea urchin<Uni>
Butterfly<Chou>
Bee<Hachi>
Horse fly<Abu>
Young(/Baby) fly<Haru no hae/Hae umaru/Hae no ko>
(Plants)
Plum (Ume)
Red-plum (Koubai)
Camellia (Tsubaki)
First cherry blossoms (Hatsu zakura/Hatsu hana)
*Cherry blossoms which come out first of the year
Early flowering cherry-tree (Higan zakura)
Weeping cherry-tree (Shidare zakura)
Cherry blossoms (Sakura)
Blossoms (Hana)
*”Blossoms” generally mean cherry blossoms in Japan.
Wild cherry (Yama zakura)
Falling cherry blossoms (Rakka)
Falling cherry pistils (Sakura shibe furu)
Buds/Sprout/Shoot (Ko no me/Hikobae)
Peony buds (Botan no me)
Rose buds (Bara no me)
Magnolia (Mokuren/Kobushi)
Mitsumata (Mitsumata)
Daphne (Jinchoge)
Golden-ball tree (Rengyo)
Aronia (Kaido)
Lilac (Rairakku)
Prunus flowers (Yusura no hana)
Gold-leaf tree flowers (Aoki no hana)
Japanese andromeda flowers (Ashibi/Asebi no hana)
Azalea (Tsutsuji)
Hawthorn flowers (Sanzashi no hana)
Kodemari (Kodemari: a kind of rose)
Yukiyanagi (Yukiyanagi: a kind of spiraea)
Wisteria (Fuji)
Japanese globeflower (Yamabuki)
Summer orange (Natsu mikan)
Peach blossoms (Momo no hana)
Plum blossoms (Sumomo no hana)
Pear blossoms (Nashi no hana)
Apricot blossoms (Anzu no hana)
Apple blossoms (Ringo no hana)
Heath-rose blossoms (Boke no hana)
Pine candles (Waka matsu/Waka midori)
Willow buds (Yanagi no me)
Japanese paper buds (Sansho no me)
Maple-tree buds (Kaede no me)
Maple-tree blossoms (Kaede no hana)
Matrimony vine buds (Kuko no me)
Acanthopanax (Ukogi)
Willow (Yanagi)
Witch hazel (Mansaku)
Pine blossoms (Matsu no hana)
Japanese cedar blossoms (Sugi no hana)
Ginkgo blossoms (Icho no hana)
Birch-tree blossoms (Hari/Han no hana)
White birch blossoms (Shirakaba no hana)
Oak blossoms (Kashi no hana)
Pussy willow/Sallow (Nekoyanagi)
Blackberry blossoms (Kiichigo no hana)
Bengal quince blossoms (Karatachi no hana)
Box tree blossoms (Tsuge no hana)
Mulberry tree (Kuwa)
Star anise blossoms (Shikimi no hana)
Plane tree blossoms (Suzukake no hana)
Akebia blossoms (Akebi no hana)
Autumn of bamboo (Take no aki)
*In spring bamboo leaves turn yellow.
Spring bamboo shoot (Haru no takenoko)
Iris (Nejiayame)
Yellow narcissus (Kizuisen)
Daisy (Hinagiku)
Erigeron (Azumagiku)
Marigold (Kinsenka)
Forget-me-not (Wasurenagusa)
Cineraria (Saineria)
Anemone (Anemone)
Freesia (Furizia)
Tulip (Churippu)
Heriotrope (Heriotoropu)
Crocus (Kurokkasu)
Cyclamen (Shikuramen)
Hyacinth (Hiyashinsu)
Chrysanthmum Seedling(Kiku no nae/Kiku no me)
Rape blossoms (Na no hana)
Daikon flowers (Daikon no hana)
Broad bean flowers (Mame no hana)
Sweet pea/Green peas(Endo no hana/Suitopi/Gurinpisu)
Spring onion flowers/Strawberry flowers (Negi no hana/Ichigo no hana)
Bibb lettuce/Lettuce (Chi sa/Retasu)
Spinach (Hourenso)
Japanese cabbage (Mizuna)
Marsh parsley (Mitsuba)
Spring daikon (Haru daikon)
Spikenard (Udo)
Leek (Nira)
Garlic (Ninniku)
Horseradish (Wasabi)
Green wheat (Aomugi)
Seed potatoes (Tane imo)
Spring grass (Haru no kusa)
Grass seedlings (Kusa no me)
Young grass (Waka kusa)
Violets/Pansy (Sumire/Panji)
Chinese milk vetch (Renge/Genge/Gegebana)
Clover (Kurohba/Umagoyashi)
Shepherd’s purse (Nazuna no hana)
Dandelion (Tanpopo)
Horsetail (Tukushi)
Water-horsetail (Sugina)
Chickweed (Hakobe)
Primrose (Sakurasou)
Hipatica (Yukiwarisou)
Giant knotweed (Itadori)
Thistle (Azami)
Fiddlehead ferns (Warabi)
Flowering ferns (Zenmai)
Parsley (Seri)
Buttercup (Kinpouge)
Early sprout of the butterbur (Fuki no tou)
Mugwort (Yomogi)
Wakame seaweed (Wakame)
Spindle-shape bladder-leaf (Hijiki)
Sea-lettuce (Aosa)
Dried laver (Nori)